Ketertarikan untuk menjahit didapat dari mana, hayo? Dari
turunan? Yup, bisa jadi. Saya suka menjahit karena mama saya (dulu) juga suka
menjahit. Sekolahnya aja sekolah menjahit. Temanku yang ayahnya seorang
penjahit ternyata juga suka menjahit. Jadi mungkin benar karena faktor genetik.
Hahaha..
Mungkin penjelasan yang masuk akal adalah karena sejak kecil terbiasa melihat aktifitas jahit menjahit jadinya muncullah ketertarikan itu. Tresno jalaran seko kulino. Mungkin begitu penjelasannya. Tapi bisa jadi karena anugerah. Ujug-ujug dianugerahi oleh Tuhan ketertarikan dan bakat menjahit.. hehehe.. Atau mendapat hidayah untuk lebih menggali bakat terpendam kita.. Atau, bisa juga karena kepepet, mau beli baju atau ngejahitin gak punya uang padahal punya bahan kain-kain banyak. Hahaha.. penjelasan asal-asalan iki. Orasah digubris.
Mungkin penjelasan yang masuk akal adalah karena sejak kecil terbiasa melihat aktifitas jahit menjahit jadinya muncullah ketertarikan itu. Tresno jalaran seko kulino. Mungkin begitu penjelasannya. Tapi bisa jadi karena anugerah. Ujug-ujug dianugerahi oleh Tuhan ketertarikan dan bakat menjahit.. hehehe.. Atau mendapat hidayah untuk lebih menggali bakat terpendam kita.. Atau, bisa juga karena kepepet, mau beli baju atau ngejahitin gak punya uang padahal punya bahan kain-kain banyak. Hahaha.. penjelasan asal-asalan iki. Orasah digubris.
Menyambung postingan terdahulu tentang pengalaman awal-awal saya menjahit pas jaman kuliah dulu yang dimulai dengan menjahit blouse lengan
setali, polanya asal jiplak aja blouse lengan setali punya nyokap, dengan ukuran yang dikecilin asal-asalan. Dan mentok
hanya berhasil menjahit 2 blouse lengan setali itu saja. Setelah itu patah
semangat ketika ingin mencoba model jahitan yang lain dan mendengar penjelasan mama bagaimana membuat pola pakaian yang
njlimet bin rumit, dengan ukuran angka-angka yang males deh untuk ngingetnya,
sampai suatu ketika aku berangkat KKN di tempat terpencil dan tinggal serumah
salah satunya dengan, teman dari fakultas pertanian UGM, namanya mbak Kurnia, yang akhirnya
menjadi sahabat karib sampai sekarang udah pada jadi emak-emak. Si embak ini
nih ajaib. Suka ceroboh dan terkesan asal-asalan dalam mengerjakan banyak hal.
Bikin cangkokan pohon, atau stek, atau okulasi atau menyambung tanaman dikerjakan seperti
asal-asalan, tapi kok ya berhasil. Heran deh. Menanam anggrek, asal diletakkan
saja hidup. Kalo aku yang bikin kok nggak pernah berhasil hehehe.. Memasak juga
begitu, asal cemplang cemplung, takaran kira-kira, lha kok hasilnya enak. Dan
ternyata si Mbak Kurnia ini juga suka menjahit. Salah satu program KKN kita
juga ada acara jahit-menjahitnya lho. Dan yang mengilhami saya untuk lanjut belajar
menjahit adalah, mbak kurnia ini kalo menjahit, polanya dibikin asal aja.
Langsung aja digambar sret..sret..sret.. gausah diukur-ukur pakai angka-angka.
Kadang nggak usah pakai pola kertas. Langsung aja polanya digambar di kain. Katanya, "Kalo badanmu segitu paling ukuranya ntar segini..” Langsung deh digambar
polanya di kain. Lalu kainnya dipotong, kres..kres..kres.. nggak pakai acara
pelan-pelan. Trus dijahit deh, ejrek..ejrek..ejrek..ejrek... Lha kok ternyata
berhasil. Jadi. Dan bagus. Tinggal diobrasin aja. Uiihhh.. kok bisa ya?
Dari situlah saya belajar berani. Berani asal-asalan.
Hehehe.. Dimulai dari jalan-jalan ke toko kain, juga dengan mbak Kurnia ini.
Biar kelihatan agak modal dikit, beli lah kain. Tidak lagi pakai kain bekas baju
nyokap hehehe.. Tapi namanya juga
masih mahasiswa dengan uang saku yang cekak, jadi belinya yang apa? Kain restant
atau kain last cut. Hahah.. itulho, kain di toko yang udah tinggal semeter atau
semeter setengah, yang tinggal dilipet-lipet dikaretin lalu dijual obral aja.. Waktu itu dapat kain sifon hitam
motif bunga-bunga putih. Kebetulan emang pingin kain sifon. Kain tipis yang
halus untuk dijadikan rok, supaya ada kesan “menerawangnya” dibagian
bawah. Dan mulailah periode belajar
menjahit tanpa perduli teori. Diukur-ukur biasa saja bagian pinggang dan
pinggul dan panjang ke bawahnya mau seberapa. Dah gitu aja.
Modelnya cari yang paling simple yaitu A line skirt yaitu rok dengan model melebar bagian bawah dan membentuk seperti huruf A, tanpa ada lipitan atau kerut-kerut.
Modelnya cari yang paling simple yaitu A line skirt yaitu rok dengan model melebar bagian bawah dan membentuk seperti huruf A, tanpa ada lipitan atau kerut-kerut.
Sedikit teori, untuk rok A line skirt, dibagian pinggan bagian depan
ditambah 4cm, belakang juga, fungsinya untuk lipatan kupnat atau darts. Kupnat pada rok adalah lipatan pada pakaian, pada
rok dibuat membujur pada pinggang yang dimaksudkan supaya bisa membentuk bodi
bagian pinggang atau mengikuti bentuk tubuh.
Waktu itu saya berhasil membuat 3 rok, ketiganya modelnya sama, hanya motif dan warnanya yang
berbeda. Kainnya restant semua hehehe.. Harap maklum lah, mahasiswa saku cekak
gitu lho. Polanya kurang lebih seperti ini.
Dan untuk menghemat kain, memotongnya dengan cara penataan
seperti diatas. Dengan catatan motifnya bukan motif searah saja ya, karena bila
motif searah maka menempatkan polanya tidak bisa dibolak balik seperti ini.
Jadi ingat Mbak kurnia, teman yang saya ceritakan di atas,
membuatkan rok untuk adiknya, kain sifon bermotif bunga mawar bertangkai
menghadap ke atas. Ternyata memotongnya salah sehingga rok bagian belakang
mawarnya menghadap ke atas sementara rok bagian depan motif mawarnya menghadap
ke bawah.. heheh.. dan adiknya nggak mau memakai rok tersebut xixixi..
Let’s enjoy sewing.
.. Amaya ..
No comments:
Post a Comment